Review Penelitian tentang Seni Rupa dan Desain

  1. Judul : GAMBAR ILUSTRASI SAMPUL NOVEL HARRY POTTER KARYA J.K. ROWLING: STUDI BENTUK DAN MAKNA

    - Objek Kajian Seni Rupa dan Desain : desain sampul novel harry potter. Objek pada tulisan ini menyangkut desain dari sampul novel harry potter yang tentunya salah satu novel yang sangat terkenal, di dalam desain dari novel tersebut terdapat ciri khas desain yang unik.



- Pendekatan : Dalam Penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, karena peneliti menggunakan semiotika dalam menginterpretasikan makna seluruh tanda yang terdapat dalam gambar ilustrasi sampul novel Harry Potter karya J.K. Rowling, termasuk struktur yang terdapat dalam sampul novel tersebut. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan diri pada tanda dalam gambar ilustrasi sampul novel Harry Potter karya J.K. Rowling sebagai objeknya dan menafsirkan makna, struktur dan korelasi di balik tanda-tanda tersebut, sehingga menghasilkan data deskriptif.

- Analisis : Setelah melakukan penelitian serta pembahasan yang ada dengan memperhatikan aspek-aspek teoritis yang terkumpul mengenai pembahasan struktur dan makna gambar ilustrasi sampul novel Harry Potter karya J.K. Rowling, adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan yaitu Headline novel ‘Harry Potter’ menggunakan font Magic School Two. Font yang terkesan klasik dan menggunakan ornamen petir. Ketujuh novel Harry Potter berukuran panjang 20 cm, full colour dan menggunakan gaya Surealisme karena menceritakan kehidupan para penyihir yang tidak ada di dunia nyata. Objek ilustrasi yang digunakan bervariatif bergantung latar tempat cerita dan penokohan, seperti objek manusia, hewan, tumbuhan dan benda. Pada gambar ilustrasi sampul novel Harry Potter karya J. K. Rowling juga terdapat beberapa tanda semiotika yaitu ikon, indeks dan simbol yang terdapat pada headline Harry Potter, subheadline, nama pengarang novel, logo Harry Potter, tanda seri novel dan beberapa gambar ilustrasi yang terdapat di sampul novel. Tanda-tanda tersebut berada di ketujuh novel dan menjadi ciri serta mempunyai makna seperti, dramatis, klasik, luwes, eksentrik, kekuatan magis dan harapan. Kemudian, kekuasaan dan kekuatan, ketakutan, rahasia, keberanian, persahabatan dan kepedulian yang digambarkan melalui beberapa ilustrasi.

- Teori : Dalam jurnal ini, teori yang digunakan untuk mengkaji gambar ilustrasi sampul novel Harry Potter adalah teori semiotika yang dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce yang dikenal dengan teori tipologi tanda. Dalam konsep semiotika menurut Charles S. Pierce bahwa tanda dibagi menjadi ikon, indeks dan simbol.

- Kesimpulan : Setelah melakukan penelitian serta pembahasan yang ada dengan memperhatikan aspek-aspek teoritis yang terkumpul mengenai pembahasan struktur dan makna gambar ilustrasi sampul novel Harry Potter karya J.K. Rowling, adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan yaitu Headline novel ‘Harry Potter’ menggunakan font Magic School Two. Font yang terkesan klasik dan menggunakan ornamen petir. Ketujuh novel Harry Potter berukuran panjang 20 cm, full colour dan menggunakan gaya Surealisme karena menceritakan kehidupan para penyihir yang tidak ada di dunia nyata. Objek ilustrasi yang digunakan bervariatif bergantung latar tempat cerita dan penokohan, seperti objek manusia, hewan, tumbuhan dan benda. Pada gambar ilustrasi sampul novel Harry Potter karya J. K. Rowling juga terdapat beberapa tanda semiotika yaitu ikon, indeks dan simbol yang terdapat pada headline Harry Potter, subheadline, nama pengarang novel, logo Harry Potter, tanda seri novel dan beberapa gambar ilustrasi yang terdapat di sampul novel. Tanda-tanda tersebut berada di ketujuh novel dan menjadi ciri serta mempunyai makna seperti, dramatis, klasik, luwes, eksentrik, kekuatan magis dan harapan. Kemudian, kekuasaan dan kekuatan, ketakutan, rahasia, keberanian, persahabatan dan kepedulian yang digambarkan melalui beberapa ilustrasi.

- Yang Menurut Saya dapat diteliti dari Jurnal tersebut : penggunaan desain yang ikonik menggunakan desain surealis yang mengisikan cerita cerita kehidupan sihir, dari hanya melihat cover saja kita sudah dapat membayangkan bagaimana kehidupan di dunia sihir


- Sumber :


Ana Pertiwi Afuwwa Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Surabaya anapertiwi3@gmail.com 


Asidigisianti Surya Patiria Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Surabaya asidigisianti@yahoo.co.id 


 https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/va/article/view/12364

2. Judul : Kajian Semiotika Kartun Majalah Tempo Tahun 2019

  • Objek kajian seni rupa desain : Kajian kartun di majalah tempo. Pada tahun 2019 disebut juga sebagai tahun politik karena berlangsungnya pemilihan eksekutif dan legislatif secara bersamaan pada 17 April 2019. Memasuki awal tahun ini, berbagai peristiwa politik selalu menjadi pemberitaan utama media massa seperti Majalah Tempo. Selain berita, opini-opini yang dihadirkan majalah Tempo dikenal masyarakat sebagai opini yang kritis termasuk opininya menggunakan kartun. Kartun Majalah Tempo adalah kartun editorial yaitu sebuah karya visual yang hadir untuk memberikan opini atau kritik terhadap peristiwa sosial-politik. 


  • Pendekatan : Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan teks visual yang menghadirkan manusia dan teks verbal kartun yang menghadirkan tulisan-tulisan sebagai pendukung pesan yang disampaikan. Makna denotasinya adalah sebuah narasi figur-figur manusia yang menjadi tanda untuk merepresentasikan peristiwa, dan dengan makna konotasi sebagai sebuah kartun kritik terhadap persoalan yang perlu mendapatkan perhatian dan perbaikan

  • Analisis : tulisan ini membahas salah satu contoh kartun majalah tempo karena menunjukan kritik menjelang pemilu 17 april 2019, pada gambar tersebut memiliki makna, yang biasanya televisi selalu menayangkan sinetron namun saat itu tidak menayangkan sinetron malakian keluar busa, yang berarti seperti banyak orang yang berbicara dalam televisi itu, kartun pada gambar  ini dapat dimaknai bahwa tahun 2019 yang disebut sebagai tahun politik telah menghadirkan banyak politisi di berbagai media


  • Teori :  Teori semiotika yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotika yang dikemukakan Roland Barthes yaitu makna denotasi dan konotasi untuk mengungkap makna kartun Majalah Tempo tahun 2019.


  • Kesimpulan : Kartun Majalah Tempo tahun 2019 hadir untuk memberikan opini atau kritik di tahun politik. Tanda-tanda yang dihadirkan berupa teks visual dan peristiwa yang kritis, menurut saya sangat bagus untuk menyampaikan lewat media salah satunya melalui ilustrasi yang menarik dan lucu namun tetap bermakna untuk para pembaca.


I Wayan Nuriarta Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar. PRABANGKARA Jurnal Seni Rupa dan Desain Volume 23 Nomor 1, Juni 2019 


3. Judul : PESAN TEKS DAN PESAN GAMBAR PADA FOTO NATIONAL GEOGRAPHIC (KAJIAN SEMIOTIK)

- Objek kajian seni rupa desain : Artikel yang membahas tentang foto jurnalistik secara deskripif penulis dapatkan dengan judul Visual Bias in Time’s “The Great Divide”: A Semiotic Analysis of Clinton and Obama Photographs yang ditulis oleh Trischa Goodnow, dalam artikelnya Trischa (Goodnow, 2010) menjelaskan makna foto jurnalistik antara Clinton dan Obama dengan menggunakan kajian semiotik Kress dan van Leeuwen yang menjabarkan secara deskriptif foto tersebut dengan tiga metafungsi komunikasi: ideasional, antarpribadi, dan tekstual.

- Pendekatan : Penelitian ini bersifat kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan analisis semiotik. Metode semiotika pada dasarnya bersifat kualitatif-interpretatif (interpretation), yaitu metode yang memfokuskan pada tanda dan teks sebagai objek kajiannya, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode (decoding) di balik tanda dan teks tersebut. Metode analisis teks (textual analysis) adalah salah satu dari metode interpretatif tersebut (Piliang, 2003). Dari data yang peneliti dapatkan, kemudian akan dikaitkan dengan objek penelitian untuk kemudian dianalisis dan mendapatkan hasil serta disajikan dalam bentuk uraian deskriptif. Kemudian dicocokan apakah antara foto dan teks caption ada kesamaan secara garis besar dengan apa yang sudah dianalisis menggunakan kajian semiotik. Semiotika memiliki cara pandang yang unik dengan memahami semua hal sebagai tanda. Dengan kacamata semiotika, peneliti ingin melihat secara tajam tanda dan relasi tanda apa yang terdapat dalam rangkaian foto National Geographic. Peneliti akan melakukan kajian dengan dua tahapan utama, yaitu melihat makna denotatif dan konotatif yang masing-masing memiliki proses sendiri. Menurut Barthes (2010), saat menganalisis foto secara utuh kita akan menemukan tiga jenis pesan: pesan linguistik (linguistic message), pesan iconic terkodekan, dan pesan ikonik yang tak terkodekan


- Analisis : Artikel yang membahas tentang foto jurnalistik secara deskriptif penulis dapatkan dengan judul Visual Bias in Time’s “The Great Divide”: A Semiotic Analysis of Clinton and Obama Photographs yang ditulis oleh Trischa Goodnow, dalam artikelnya Trischa (Goodnow, 2010) menjelaskan makna foto jurnalistik antara Clinton dan Obama dengan menggunakan  kajian  semiotik  Kress  dan  van  Leeuwen  yang  menjabarkan  secara deskriptif foto tersebut dengan tiga metafungsi komunikasi: ideasional, antarpribadi, dan tekstual



- Teori : Dalam jurnal ini  teori kajian yang digunakan adalah semiotika dengan menjabarkan makna denotatif dan konotatifnya pada gambar dan teks dengan pemaknaan semiotika Roland Barthes. Dengan pemaknaan semiotika Roland Barthes dalam membaca sebuah foto dapat mempermudah kita dalam menulis sebuah caption foto, karena kita diberikan pengetahun hal apa yang perlu ditelaah terlebih dahulu sebelum membaca foto.

- Kesimpulan : Tulisan ini telah menjelaskan bagaimana menjabarkan dan mencocokkan antara gambar dengan caption melalui kajian semiotika dengan menjabarkan makna denotatif dan konotatifnya pada gambar dan teks dengan pemaknaan semiotika Roland Barthes. Dengan pemaknaan semiotika Roland Barthes dalam membaca sebuah foto dapat mempermudah kita dalam menulis sebuah caption foto, karena kita diberikan pengetahun hal apa yang perlu ditelaah terlebih dahulu sebelum membaca foto. Dalam dunia serba digital dengan penuh gambar kita tidak bisa mengandalkan penguasaan dan pemahaman kita pada satu mode saja untuk memahami pesan yang disampaikan teks secara menyeluruh dan lebih ‘benar’. Kita harus menguasai cara membaca gambar, sesuatu yang selama ini dianggap tak cukup diwakili oleh seribu kata. Paling tidak, dengan menguasai dan memahami alat analisis ini kita bisa mendeskripsikan gambar, ilustrasi, lukisan dan desain dengan lebih baik tanpa harus bergantung pada apa yang disampaikan oleh para curator fotografer, lukisan, pembuat ilustrasi, atau desainer.


dari tulisan di atas setiap foto, ilustrasi, lukisan dan desain harus ada makna dan mencangkup informasi yang cukup terlebih lagi ketika karya karya kita berupa informasi diposting ke media sosial seharusnya memiliki makna dan informasi yang pasti.

- Sumber ; https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Deiksis/article/view/3994/2915

Febriana Friza1 , Yumna Rasyid 2 , Fathiaty Murtadho3 Program Megister Pendidikan Bahasa, Universitas Negeri Jakarta 1 febrianafriza_pb14s2@mahasiswa.unj.ac.id, 2 yumna.rasyid@unj.ac.id, fathiaty_Murtadho@unj.ac.id


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMIOTIKA DALAM LUKISAN THE GUARDIAN SERIES 1 “BABAD PENGABDIAN” KARYA AGUS PUTU SUYADNYA

Objek kajian pada poster anime Tate no yuush